
Photo of import containers. Photo by Pat Whelen on Unsplash.
Keramaian seputar tarif Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, kembali muncul. Kini, berita pengenaan tarif Trump kembali naik setelah ancaman Trump untuk mengenakan tarif sebesar 100% kepada Tiongkok untuk barang-barang yang berasal dari negara tersebut.
Selain ancaman pengenaan tarif tambahan sebesar 100%, Trump juga meminta kontrol atas ekspor berbagai software yang berasal dari Amerika Serikat (AS) ke Tiongkok per 1 November 2025. Saat ini, AS mengenakan tarif impor hingga 30% atas produk asal Tiongkok, dan tarif impor Tiongkok atas barang-barang dari AS ditetapkan sebesar 10%.
Pengenaan tarif tambahan sebesar 100% ini merupakan respon dari Trump atas keputusan Tiongkok untuk mengenakan pembatasan ekspor rare earth minerals mulai 1 Desember 2025. Perlu diketahui bahwa pembatasan ini juga berlaku atas peralatan pertambangan dan pemurnian rare earth minerals, dimana Tiongkok memegang kendali produksi 90% rare earth magnets dan processed rare earths di dunia.
Pembatasan ini akan dilakukan Tiongkok dengan cara mewajibkan eksportir untuk memperoleh lisensi ekspor untuk melakukan ekspor barang-barang yang mengandung lebih dari 0,1% rare earth dari Tiongkok, atau untuk barang-barang yang diproduksi menggunakan teknologi Tiongkok. Tidak hanya itu, ekspor rare earth yang berhubungan dengan pertahanan juga akan ditolak oleh Tiongkok.
Tiongkok kemudian merespon kembali ancaman tarif Trump, mengatakan bahwa Tiongkok siap membalas jika Trump tidak menarik ancamannya untuk mengenakan tarif tambahan 100%. Tiongkok juga mengatakan bahwa ancaman tarif bukanlah langkah tepat untuk menjalin hubungan dengan Tiongkok.
Trump kemudian berkata dalam media sosialnya bahwa AS ingin membantu Tiongkok, bukan menyakiti negara tersebut, dan bahwa hubungan AS dengan Tiongkok akan baik-baik saja.

