Photo of a piggy bank with coins. Photo by Andre Taissin on Unsplash.
Menjelang penutupan tahun anggaran 2025, data Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Oktober menunjukkan realisasi beberapa jenis pajak mengalami penurunan.
Penerimaan pajak neto tercatat Rp1.459,03 triliun atau 70,2% dari target, sementara bruto mencapai Rp1.799,5 triliun. Jenis pajak yang mengalami penurunan adalah Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi (OP) dan PPh Pasal 21, serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
Penurunan terlihat dari melemahnya realisasi PPh OP dan PPh Pasal 21 yang tercatat Rp192,19 triliun secara bruto atau turun 12,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Realisasi bruto PPN dan PPnBm juga mengalami penurunan menjadi Rp796,12 triliun atau turun 22,1%. Jika dihitung secara neto, PPh OP dan PPh Pasal 21 turun 12,8% sedangkan PPN dan PPnBm turun 10,3%.
Salah satu penyebab penurunan adalah sistem deposit pada platform Core Tax Administration System atau Coretax, yang memungkinkan Wajib Pajak (WP) melakukan deposit untuk pembayaran pajak sebelum melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan sehingga tercatat sebagai “Pajak Lainnya”. Saat ini, nilai penerimaan pada kategori tersebut mencapai Rp246 triliun, termasuk sekitar Rp70 triliun deposit yang belum dialokasikan ke jenis pajak yang sesuai.
Selain faktor deposit, penerapan Tarif Efektif Rata-rata (TER) sejak 2024 juga mempengaruhi pola pembayaran PPh Pasal 21 yang kini lebih merata sepanjang tahun. Pemerintah menilai perbedaan data realisasi ini bersifat sementara dan diperkirakan kembali normal pada tahun 2026 setelah dampak deposit dan TER dinormalisasi.
